Laman

Jumat, 12 November 2010

Amurdi, menghabiskan masa tua di penjara karena narkoba

Siang itu matahari bersinar dengan sangat teriknya. Di lapas Muaro Padang sedang sibuk karena banyak kegiatan, waktu itu adalah jam besuk. Banyak keluarga narapidana yang datang berkunjung silih berganti. Sementara di Pagar lapas ada seorang laki-laki tua sedang bekerja mengecat pagar lapas yang sedang direnovasi. Laki-laki tua itu bekerja dengan tekun, keringat bercucuran membasahi tubuhnya.
Bapak itu bernama Amurdi, berpakaian warna orange bertuliskan warga binaan lapas Muaro Padang. Mungkin tidak ada yang menyangka dia adalah seorang narapidana. Sudah sembilan tahun dia menghuni lapas Muaro Padang karena terlibat kasus penyimpanan 63 kg ganja. Narkoba telah membawa bapak berumur 60 tahun ini mendekam di lapas, ditinggal kawin oleh istrinya dan menghabiskan hari tuanya di LP. Berawal dari pernikahan anak perempuannya dengan seorang pria yang berasal dari Aceh, Amurdi pun berkenalan dengan ganja. Awalnya calon menantu mengaku mempunyai 2 buah toko pakaian di Jakarta, Amurdi dan istri semangat menerimanya menjadi menantu. Setelah menikah dengan anaknya ternyata Amurdi mendapati menantunya adalah seorang Bandar besar ganja, tidak tanggung-tanggung puluhan kilo ganja disimpan di rumah. Amurdi yang awalnya adalah pekerja serabutan seakan tidak bisa berbuat apa-apa, dengan alasan demi anak, ia membenarkan tindakan menantunya, bahkan ikut dalam bisnis narkoba tersebut.
Sepandai-pandai tupai melompat, akhirnya akan jatuh juga, seakan-akan pepatah itu sangat tepat ditujukan untuk Amurdi, beberapa hari menjelang lebaran di tahun 2001 polisi datang menggeledah rumahnya dan akhirnya dia divonis 18 tahun penjara.
Sekarang sembilan tahun sudah berlalu, Amurdi sudah semakin tua, rambutnya sudah memutih, tubuhnya pun sudah semakin ringkih. Hari-harinya dilalui dengan penyesalan. “Seandainya saya tahu betapa tidak enaknya hidup dalam penjara, tidak akan pernah saya coba-coba menyentuh barang haram itu,”sesal bapak yang hanya sekolah sampai kelas 2 SD ini.
Karena Narkoba, Amurdi mendekam di penjara. Dari pagi, siang, sampai malam dia hanya bisa melihat dinding-dinding kelam penjara. “Saya biasa berjalan, karena saya pernah jadi kernet mobil, dalam lapas ini pemandangan saya terkungkung, tersiksa sekali rasanya,” ujarnya. Amurdi Makan nasi jatah, berharap merokok dan ngopi dari belas kasihan orang. Hidup dalam penjara ternyata memang tidak nyaman. Ya, semenjak Amurdi tersandung kasus narkoba, istrinya memilih untuk meninggalkannya dan menikah dengan pria lain. Anak-anaknya pun hanya sesekali datang menjenguknya. “Mungkin anak-anak saya hidupnya juga susah di luar sana, makanya mereka tidak bias membesuk saya, untuk hidupnya saja mereka mungkin sudah kewalahan,” tutur gaek yang berasal dari Tanah Sirah Cengkeh ini..

Memulai Hidup Baru
Sampai suatu hari masuklah seorang narapidana dengan kasus yang narkoba juga. Semenjak masuk lapas Amurdi melihat perubahan drastis pada pemuda itu. Pemuda itu jadi rajin shalat dan ibadah lainnya. Pemuda itu menjalani hari-harinya dengan membuat perubahan dan mendekatkan diri dengan penciptanya. Amurdi jadi terinspirasi dan berawal dari malu-malu Amurdi pun mulai belajar mendekatkan diri pada yang kuasa. Amurdi jadi lebih istiqomah dalam menjalani hidup. Walaupun termasuk tahanan terlama dan tertua, Amurdi jadi lebih rajin dalam segala aktivitas lapas dan aktivitas pribadi. Sekarang Amurdi telah dipercaya oleh petugas untuk menolong pekerjaan di lingkungan lapas. Mulai dari bertukang, mengecat, dan pekerjaan-pekerjaan lainnya. “Setelah bertahun-tahun memandang dinding, saat memperbaiki atap yang bocor saya bisa menyaksikan dunia luar, lapang sekali rasanya,” ceritanya. Amurdi merasa hidupnya jadi lebih baik. Petugas lapas pun semakin percaya padanya, sekarang Amurdi telah dipercaya mengecat pagar bagian luar, walaupun masih diawasi, Amurdi setidaknya bisa bertukar pemandangan yang selama ini terkungkung.
Karena perilaku baik dan perubahan yang ditunjukkan Amurdi, Lapas Muaro bersedia menguruskan Surat Keterangan Bebas Bersyarat untuk Amurdi, mudah-mudahan dalam waktu yang tidak lama lagi Amurdi akan segera menghirup udara bebas. Tentunya tetap wajib lapor dalam waktu yang ditentukan.
Amurdi tidak mempunyai rencana apa-apa saat bebas nanti. Dia hanya ingin kembali ke rumah orangtuanya dan memulai hidup baru. “Saat saya bebas nanti saya akan mencari pekerjaan yang halal, sedikitpun tidak ada niat saya untuk menyentuh dan mencari duit melalui narkoba,”ungkapnya. Melalui Padang Ekspres Amurdi berpesan agar para remaja janganlah sekali-sekali mencicipi atau mencoba narkoba. “ Ingatlah sesal datang kemudian, sangat tidak enak hidup dalam penjara, masa depan hancur, badan juga hancur kalau kita memakai narkoba, semua orang menjauhi kita, hidup jadi orang tercampak,”pesannya.(hijrah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar