Laman

Senin, 29 November 2010

Ramal Nasib dengan Batu angkek-angkek


Penulis saat Berpose dengan batu angkek angkek
Tanya Jodoh, Sampai Lulus tes PNS
Jika bicara mengenai objek wisata di Tanah Datar, maka banyak wisata benda cagar budaya dan terkesan religius juga mistik yang akan kita temui. Salah satunya adalah Batu Angkek-Angkek. Apa keunikan dan mistik yang ada di Batu Angkek-Angkek?
Laporan Hijrah.A,S
Objek wisata ini jika dilihat sekilas tidak ada yang menarik, hanya berupa sebuah rumah gadang, di dalamnya ada sebuah batu sebesar batu penggilingan cabe dan berbentuk kura-kura,batu ini sekilas mirip tembaga serta bertuliskan lafadz Allah dan Muhammad. Batu itulah yang dinamakan batu angkek-angkek.
Batu ini terletak di Rumah Gadang Dt. Bandaro Kayo, salah seorang kepala kaum suku Piliang. Di depan rumah gadang ada plang yang menceritakan awalnya ada batu angkek-angkek. Menurut plang itu, sejarah batu angkek-angkek diawali mimpi Dt. Bandaro Kayo. Ia didatangi oleh Syech Ahmad dan disuruh mendirikan sebuah perkampungan yang sekarang dikenal dengan nama Kampung Palangan. Pada saat pembangunan tonggak pertama, terjadi peristiwa aneh. Yakni terjadinya gempa lokal dan terjadinya hujan panas selama 14 hari dan 14 malam. Karena terjadi peristiwa itu maka diadakanlah musyawarah. Saat musyawarah berlangsung ada suara gaib yang berasal dari lobang pemancangan bangunan yang mengatakan di lokasi itu terdapat sebuah batu yang dikenal dengan nama batu Pendapatan, suara itu berpesan bahwa batu itu harus dirawat dengan baik. Sekarang batu itu dengan nama batu angkek-angkek, ramai dikunjungi oleh wisatawan. Untuk mengetahui pertanda niat seseorang tercapai atau tidaknya maka dapat dilihat dengan terangkat atau tidaknya batu tersebut. Terletak di Desa Balai Tabuh Kecamatan Sungayang.
Sampai di dalam rumah kita akan dipersilahkan duduk oleh tuan rumah. Di sebelah kiri akan terlihat banyak oleh-oleh yang dipajang, berupa kerajinan tangan khas Sumatera Barat, madu, dan lain-lain. Di sebelah kanan adalah ruang keluarga yang menghuni rumah gadang tersebut. Di ruang tengah ada sebuah bagian ruangan yang dibatas dengan kerai. Di sana ada batu yang terletak di atas kain putih, di sampingnya ada kelambu berwarna merah, di dalam kelambu tersebut ada sebuah katidiang (keranjang red).
Di dinding rumah ada tulisan yang menjelaskan bagaimana cara meramal atau mengetahui niat kita akan tercapai atau tidak. Menurut petunjuk itu sebelum melakukan ritual mengangkat batu kita harus mengambil wudhu terlebih dahulu. Setelah mengambil wudhu kita masuk ke ruangan dengan membaca salam, lalu duduk bersimpuh di depan batu. Setelah duduk maka kita harus baca bismillah dan baca shalawat nabi 3 x. Kemudian kita sampaikan “Ya Allah, hanya kepada engkaulah aku meminta dan hanya engkaulah yang mengabulkan permintaanku, apabila…… (sampaikan niat, missal : Apabila aku memang berjodoh dengan pacarku yang sekarang, maka ringankanlah batu ini). Selanjutnya cobalah angkat batu tersebut. Konon jika batu tersebut bisa kita angkat, berarti berkemungkinan niat yang kita sampaikan dalam hati tersebut akan tercapai.
Mul, 45, salah seorang pengunjung asal Solok mengaku telah berulang kali ke batu ini. dia juga sering melakukan ritual mengangkat batu. Menurutnya dalam mengangkat batu dia sering membalik-balikkan niatnya. Misal, “jika niat saya tercapai, maka ringankanlah batu ini. atau sebaliknya jika niat saya tercapai maka beratkanlah batu ini,” maka hasilnya pasti berbeda-beda.
Padang Ekspres jadi penasaran dan mencoba mengangkat batu ini. Setelah mengambil wudhu dan ikuti petunjuknya, Padang Ekspres baca niat, “jika saya bisa jadi jenderal, maka ringankanlah batu ini,” ternyata tidak berhasil. Selanjutnya wartawan Koran ini mencoba “jika saya bisa jadi jenderal maka beratkanlah batu ini,” yang terjadi justru batu ini jadi ringan.
Badan besar tidak menjamin terangkatnya batu ini. Mul yang badannya besar bak tentara, berulang kali mencoba mengangkat batu ini. terkadang bisa, terkadang tidak. Katanya beda niat, maka beda pula beratnya. Bahkan kadang tidak bisa diangkat.
Menurut Alvi, 32, yang merupakan pengelola rumah dan batu ini mengatakan bahwa banyak prediksi batu ini yang menjadi kenyataan. Namun Alvi mengatakan bahwa batu itu hanyalah benda mati yang beratnya berubah-ubah. Sebaiknya jangan dipercayai, namun dijadikan motivasi.
Seorang pengunjung lainnya, Rio, 24, yang baru sekali ini mengunjungi batu angkek-angkek dan datang dari Padang mengaku penasaran dengan batu tersebut. “Saat saya angkat tanpa baca niat, maka batu itu tidak terangkat. Namun saat say abaca dengan niat batu ini bias saya angkat. Mudah-mudahan prediksinya benar, saat saya niatkan lulus PNS tahun ini, batu ini berhasil saya angkat. Namun bukan berarti saya percaya, hanya membuat lebih percaya diri,” ujarnya malu-malu.
Menurut Alvi, batu ini sudah dikunjungi orang dari berbagai daerah. Mulai dari sekitar Sumbar, bahkan sampai dari Malaysia. Tidak jarang warga keturunan datang ke batu angkek-angkek dan mengikuti ritual angkat batu, walau harus ambil wudhu dan baca shalawat.
Jika kita dari ibukota kabupaten Tanah Datar, Batusangkar, Batu angkek-angkek bias ditempuh dengan kenderaan pribadi maupun umum, bahkan ojek dengan jarak 11 km. memang tidak ada petunjuk jalan atau arah ke sana. Namun apabila kita ikuti jalan dari Batusangkar ke Sungayang, di sebelah kanan akan ada sebuah tugu dengan tulisan Batu angkek-angkek. Seratus meter dari simpang tersebut akan kita jumpai sebuah rumah gadang, disitulah terletak batu angkek-angkek.
Untuk masuk ke rumah kita harus membayar Rp. 3000 per orang dan kita akan mendapatkan karcis pertanda uang itu nantinya akan disetor atau dibagi dengan pemerintah kabupaten maupun nagari.
Namun Alvi menyayangkan perhatian pemerintah yang kurang terhadap batu angkek-angkek. Alvi mengharapkan ada petunjuk jalan yang dipasang, karena banyak orang tersesat sebelum menemukan rumah ini, karena letaknya dalam kampong. Alvi mengaku susah menjaga rumah yang sudah berumur seratus tahun dan sering dikunjungi. Alvi mengaku rumah tersebut masih sesuai dengan aslinya. Hanya lantai dan atap yang telah diganti karena telah lapuk dimakan usia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar